Cara Mengatasi Trauma pada Korban Bencana Alam Menurut Pakar

Senin, 08 Oktober 2018 - 20:28 WIB
Cara Mengatasi Trauma pada Korban Bencana Alam Menurut Pakar
Cara Mengatasi Trauma pada Korban Bencana Alam Menurut Pakar
A A A
JAKARTA - Dalam situasi emergency pascaterjadinya suatu bencana alam, kondisi kejiwaan para penyintas merupakan situasi yang normal dalam kondisi abnormal. Kemarahan, tidak menerima kenyataan atau kehilangan anggota keluarga, tentu akan berdampak pada perilaku seseorang.

''Reaksi ini normal. Apalagi ditunjang dengan kondisi listrik belum menyala, BBM sulit, bahan makanan menipis dan sebagainya,'' tutur Ketua Perhimpunan Dokter Spesialis Kesehatan Jiwa Indonesia (PDSKJI), dr. Eka Viora, Sp.KJ.

Dikatakan Eka, di dalam situasi emergency hendaknya menghindari penyebutan kata trauma, depresi atau melabeli para penyintas dengan istilah gangguan stres pascatrauma. Hal ini dikhawatirkan dapat memicu berdampak buruk yang berkepanjangan bagi para korban.

''Bukan istilah trauma healing yang sebaiknya digunakan, tatpi psycological first aid yang perlu diberikan dalam situasi saat ini. Karena apa yang mereka rasakan, emosi yang mereka tunjukkan merupakan reaksi yang normal dalam situasi yang tidak normal,'' tutur Eka.

Hal yang dibutuhkan pada situasi emergency ini adalah dukungan sosial dan psikososial. Seperti misalnya kita mendengarkan keluhan mereka dan mempermudah mereka memenuhi kebutuhan dasar. Hal ini akan membantu menstabilkan emosi para penyintas agar segera pulih dan kembali normal emotional state.

Para penyintas juga perlu menyadari bahwa situasi ini akan berlangsung dalam kurun waktu yang cukup lama dengan tetap dibangkitkan semangatnya untuk tetap hidup normal dalam situasi yang berbeda. Semua penyintas atau korban yang selamat, baik anak-anak, dewasa, perempuan dan laki-laki membutuhkan psychological first aid atau dukungan kesehatan jiwa dan psikososial.

Hal ini perlu diberikan oleh semua relawan (bukan hanya para tenaga kesehatan jiwa) yang menghadapi langsung para penyintas dalam situasi saat ini.

''Di awal-awal terjadi ini sudah banyak yang menyebut bahwa para korban mengalami stress pasca trauma. Belum. Karena untuk menegakkan diagnosis pasca trauma itu ada kriterianya berdasarkan klasifikasi penyakit secara internasional (ICD-10) ada kriteria waktu,'' papar Eka.

Menurut Eka, dengan intervensi dukungan psikososial yang tepat sejak awal akan mempercepat pemulihan. Biasanya sebagian besar akan berangsur-angsur pulih. Namun, perlu diperhatikan apakah sebagian kecil lainnya pada saat kondisi membaik ada yang tetap mengalami gejala berlanjut seperti gangguan cemas, depresi, mengonsumsi zat berbahaya atau mengalami stres pascatrauma.

Upaya ini perlu dikoordinasikan agar semua penyintas dapat menerima layanan dukungan psikososial sehingga dapat diberikan secara merata. Mengingat saat ini penyintas berada di banyak titik, tidak hanya di wilayah terdampak, namun juga berada di Makassar bahkan Balikpapan.
(alv)
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.5003 seconds (0.1#10.140)